Refleksi Diri Menjadi Ahli Tarekat Dengan Menjaga Panca Indera

Bulan suci Ramadhan sejatinya merupakan bulan penuh berkah dan
ampunan bagi umat Islam di seluruh dunia. Adapun momentum bulan Ramadhan ini dimaknai
tidak hanya sekedar berpuasa untuk menahan lapar dan dahaga, namun juga mengendalikan
diri dari hawa nafsu.

“Dalam pemahaman Islam, puasa itu memiliki makna spiritual yang artinya menahan diri dari
berbagai hawa nafsu yang saya kategorikan dalam 8 hal. Termasuk di antaranya adalah
pengendalian atas panca indera”, ujar Prof. Dr. KH. Nazarudin Umar saat mengisi Tausiyah
Ramadhan dengan tema “Ibadah Puasa dan Refleksi Diri” pada Jumat (15/3) secara online.

Adapun pengendalian diri yang utama adalah mempuasakan mulut. Prof. Nazar menyebutkan
bahwa mulut menjadi sumber pengumpul dosa paling banyak karena kerap dipakai untuk
membicarakan aib sodara sendiri, menghujat, memfitnah hingga menelan makanan minuman
yang haram atau syubhat berupa makanan atau minum.

“Sesungguhnya Allah itu maha suci. Bagaimana doa itu bisa terkabul jika tubuh dipenuhi dengan barang syubhat. Jangan harap memiliki anak yang sholeh sholehah jika makanan yang masuk ke badannya itu barang-barang syubhat,” papar Imam Besar Masjid Istiqlal ini.


Selain indra pengecap, pengendalian diri juga harus dilakukan terhadap indra penglihatan,
mempuasakan indra pendengaran dari suara-suara atau musik yang tidak islami, menjaga
indera penciuman yang berpotensi untuk memvisualisasikannya ke dalam hal-hal yang tidak
baik, menjaga tangan kita dari kegiatan yang buruk, serta memperbaiki kualitas batin kita di
hadapan Allah SWT. Prof. Nazar juga mengungkapkan hal yang tidak kalah penting adalah
jauhi sikap musyrik. Jangan sampai kita menjadi orang yang rajin melaksanakan ibadah,
namun juga menyembah selain Allah.

“Kemudian hindari riya’. Niatkan dalam diri bahwa segala ibadah yang kita lakukan hanya
semata untuk mendapat ridha dari Allah. Dengan demikian kita akan menjadi ahli tarekat
apabila mampu mengendalikan panca indera”, imbuhnya.

Di bulan suci ini, mudah ditemui para umat muslim yang rajin dan tekun dalam menjalankan
ibadah serta mengendalikan hawa nafsunya. Namun tidak jarang rutinitas ini kemudian hilang
ketika bulan ramadhan usai. Menyikapi hal ini, KH. Nazar mengatakan istiqamah dalam ibadah
dapat terus terjaga sepanjang kita terus berupaya untuk menjaga hubungan dengan Allah Swt.

“Lakukan dengan konsisten amalan-amalan yang kecil. Seperti membiasakan puasa Senin-Kamis, melaksanakan sholat Dhuha dan Tahajud. Jika ini dilakukan dengan konsisten Insya Allah akan istiqomah”, ujarnya.

Tausiyah Ramadhan dengan tema “Ibadah Puasa dan Refleksi Diri” ini diselenggarakan oleh
Indonesian Diaspora Network (IDN) Global bekerjasama dengan Dharma Wanita Persatuan
Otorita Ibukota Nusantara (DWP OIKN). Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua DWP OIKN
Lusie Susantono dan dimoderatori oleh Presiden IDN Global Sulistyawan Wibisono. Tausiyah
ini turut dihadiri para Diaspora Indonesia dari berbagai negara seperti Australia, Amerika
Serikat, Kanada, Taiwan, serta Bahrain. (IDN Global)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *