Tips Karir Sukses di Luar Negeri
19 Juli 2020
Dalam pidato kenegaraannya tahun lalu, Presiden Joko Widodo menegaskan salah satu prioritas utama dalam periode dua kepemimpinannya adalah human capital. Termasuk di antaranya diaspora Indonesia yang diharapkan dapat berkontribusi membangun bangsa, khususnya kaum profesional diaspora yang berhasil membangun karir di luar negeri.
Hal ini pula yang kemudian melatarbelakangi IDN Global mengangkat tema “Kisah Diaspora Sukses Membangun Karir di Luar Negeri” sebagai salah satu rangkaian Dialog Interaktif Diaspora yang ke-9. Dialog yang berlangsung pada Sabtu (13/6) ini dimoderatori oleh Deputi Presiden IDN Global Kartini Sarsilaningsih dan menghadirkan pembicara Head of Global Strategy Development, Managed Services, Ericsson (Swedia) Said Irfan, Director for Southeast Asia, International Rice Research Institute (Cambodia) Dr. Yurdi Yasmi, Managing Partner J&L Realty Partners (USA) Lucy Rumantir, Finance Director/ CFO Goodyear Philippines & Taiwan Patra Azwar, serta Managing Director Cegelec - Vinci Energies Qatar Pontius Hutapea.
Said Irfan mengatakan karirnya di bidang telekomunikasi bermula dari keikutsertaannya di konferensi. Beliau kemudian meneruskan pendidikan S2 bidang Telco di Delft University Belanda dan berkesempatan menjadi pegawai magang bagian telekomunikasi di UN Nation Genewa, Swiss. Dari pengalaman ini, Said kemudian fokus bekerja di bidang telekomunikasi hingga mendapat tawaran bekerja di perusahaan Ericsson di Dubai hingga kini menetap di Stockholm sebagai Head of Global Strategy Development.
“Kita harus mudah beradaptasi di lingkup kerja baru. Jaga integritas, tingkatkan ketrampilan dan yang utama adalah terus mempelajari hal baru. Apalagi jika bekerja di bidang telekomunikasi yang perkembangannya sangat pesat,” ujar pria asal Aceh ini.
Lahir dari keluarga biasa dan berasal dari daerah di Payakumbuh, Sumbar tidak lantas menyurutkan niat Yurdi Yasmi untuk melihat dunia luar. Usai lulus S1 di IPB, Yurdi bekerja di lembaga penelitian internasional yang berpusat di Bogor. Mulai dari situ, Yurdi mulai mengembangkan jaringan dan mengenal tokoh-tokoh penting di bidang penelitian.
“Ada tiga kunci utama yang harus dilakukan. Pertama, membuka jaringan dan mengenal baik institusi atau lembaga yang ingin atau sedang kita jalani. Kedua, meningkatkan kompetensi diri baik dari bahasa dan pengalaman kerja. Ketiga, keluar dari zona aman, “ imbuh Yurdi yang sewaktu SMU juga mengikuti program AFS di Sydney.
Usai memulai karir di bidang IT perusahaan logistik DHL, Lucy Rumantir tertantang untuk beralih di bidang lain yakni sebagai Sales Manager di perusahaan yang sama hingga memberi kesempatan dirinya untuk membuka jaringan dan berpindah ke bidang properti dengan perusahaan JL Property dan membuka cabang di Los Angeles, AS. Pengalaman ini kemudian yang menginspirasinya untuk membuka bisnis properti J&L Realty Partners hingga tahun 2018 lalu membuka cabang di Jakarta.
“Dalam berkarir itu harus seimbang kemampuan IQ, EQ dan AQ nya. Ada 6 tips dari saya untuk wanita yang ingin menjalankan peran ganda baik di karir dan keluarga. Pertama tentukan prioritas, kedua fleksibilitas, ketiga mendelegasikan tugas, keempat pisahkan urusan kantor dan rumah, kelima luangkan waktu untuk diri sendiri dan keenam perhatikan kesehatan,“ terang wanita yang mengambil S2 di AS ini.
Bagi Patra Azwar, keinginannya untuk bekerja di luar negeri bermula saat mengikuti pertukaran pelajar di Filipina saat berkuliah. Usai lulus kuliah jurusan akuntasi, ia bekerja sebagai auditor di Indonesia, yang kemudian pengalaman kerjanya ini membawanya menjadi Regional Auditor Asia Pasific Goodyear. Di tahun pertama kerja, Patra telah mengunjungi 7 negara sebagai auditor dan kemudian menerima penugasan kerja yang berpindah negara hingga kini menetap di Filipina.
“Semenjak berkarir, kita harus membuat visi kerja 10 tahun ke depan. Dari situ kita bisa mempersiapkan tahapan yang harus dijalani termasuk pengalaman kerja dan proyek yang dijalani. Prinsip saya, biarlah pencapaian dan pengalaman yang berbicara. Karena usaha tidak akan mengkhianati hasil, “ kata Patra.
Sementara bagi Pontius Hutapea, lahir dari keluarga yang kerap merantau memberi keuntungan tersendiri karena membuatnya mudah beradaptasi. Usai mengenyam pendidikan S1 di Trisakti, Ponti melanjutkan pendidikan S2 di Perancis dan mulai bekerja di perusahaan Perancis yang berkecimpung di bidang pembiayaan. Adapun salah satu proyek yang membuatnya berkesan adalah memberi pelatihan LNG kepada 120 orang Angola dengan kurikulum Perancis di Bontang, Indonesia dengan proyek senilai 12 juta USD.
“Kita ngga usah khawatir dengan istilah kaum minoritas yang bekerja di luar negeri. Jika kita kompeten dan ide atau gagasan kita dapat dipertanggungjawabkan kita mampu bersaing dengan SDM lain,“ imbuh pria yang mahir berbahasa Jawa ini.
Dialog interaktif ini ditutup dengan sejumlah simpulan dari Presiden IDN Global Said Zaidansyah. Di antaranya jika ingin berkarir di luar negeri harus keluar dari zona nyaman, berani bersaing dan percaya diri. Tentunya juga diharapkan meski telah sukses berkarir di luar negeri juga tetap memikirkan sinergi dengan Indonesia sebagai contoh nyata diaspora adalah brain gain untuk Indonesia. (IDN Global)