Kisah Inspiratif Hari Ibu : Ibuku, Pahlawanku
26 Desember 2021
Dalam rangka memperingati Hari Ibu pada tanggal 22 Desember 2021 divisi Pekerja Migran Indonesia (PMI) Indonesian Diaspora Network (IDN) Global kembali menyelenggarakan webinar bertema “Kisah Inspiratif Hari Ibu: Ibuku, Pahlawanku”. Acara dibuka Presiden IDN Global Kartini Sarsilaningsih dan dimoderatori oleh VP Migrant Workers IDN Global Kartika Dewi.
Salah satu agenda utama dalam Kongres Perempuan Indonesia adalah pendidikan. Namun, sebenarnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bersifat permanen, sebab sampai kapanpun pendidikan akan terus menjadi dasar kemajuan suatu bangsa dan generasi masa depan. Tema ini diangkat dalam dialog interaktif diaspora seri PMI kedua, yang juga menjadi dasar perjuangan para PMI. Ani Rustiati (PMI dari Singapura), Lusius (PMI dari Hong Kong), Dwi Tantri (PMI dari Taiwan), dan Sri Aryani (PMI dari Kuwait) adalah contoh perempuan-perempuan diaspora Indonesia yang sukses menyekolahkan anak sampai ke jenjang tertinggi, dan perjuangan mereka menginspirasi banyak orang.
Tantangan dan perjuangan berat. Sukses menyekolahkan anak sampai ke jenjang tertinggi dari jauh (luar negeri) tentu bukanlah hal mudah, apalagi bagi PMI perempuan. Ada banyak tantangan dan perjuangan. Meninggalkan anak pun sudah merupakan satu tantangan besar, apalagi harus berjuang sendiri di negeri orang, yang bahasa dan budayanya tidak mudah dimengerti; belum lagi diperlakukan secara kurang baik jika melakukan kesalahan.
Masalah paling utama adalah komunikasi (bahasa). Meski sudah dibekali bahasa Inggris sebelum berangkat, ternyata tidak cukup sebagai modal berkomunikasi. Pada kenyataannya, bahasa inggris sering tidak dipakai karena dalam komunikasi sehari-hari digunakan bahasa lain (misalnya bahasa arab atau bahasa cina). Masalah bahasa bukan hanya menyebabkan kurang lancarnya komunikasi, tetapi juga menciptakan rasa takut jika kontrak kerjanya diberhentikan.
Makanan lokal juga merupakan tantangan. Bisa dibayangkan, sudah lelah bekerja dan lapar, tetapi tidak bisa makan, karena rasa tidak terterima lidah. Hal lain, di Kuwait misalnya, tidak diijinkan hamil sebelum genap delapan bulan kerja. Yang juga menjadi tantangan, kalaupun mau menolong teman yang sedang mendapat kesulitan kadang-kadang tidak bisa, karena waktu yang tidak memungkinkan (misalnya pada malam hari, sementara masalah itu harus diselesaikan secepatnya).
Mampu menghadapi masalah. Bekerja di luar negeri adalah cara menggapai cita-cita, utamanya agar anak bisa bersekolah hingga jenjang tertinggi dan memiliki masa depan yang lebih baik. Sehingga, mau tidak mau, harus tabah dalam menghadapi segala masalah, fokus pada pekerjaan, dan jangan mengeluh. Harus kuat dan yakin pasti bisa. Juga harus mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja dan jangan malas belajar hal baru. Ketrampilan dan mental harus disiapkan, bahkan jauh sebelum berangkat. Mottonya adalah menjadi PMI yang berdaya dan keluarga sejahtera.
Komunikasi dengan anak adalah hal utama. Jangan pernah melepaskan tanggung jawab sebagai orangtua. Adalah penting bercita-cita membentuk anak-anak berkualitas, memanjakan mereka dengan ilmu pengetahuan, dan merencanakan biaya sekolah anak, terutama untuk tingkat pendidikan tinggi. Jadikan semua perjuangan sebagai teladan bagi anak-anak. Perlu disadari bahwa kesuksesan tidak didapat secara instan, semua harus melalui proses yang panjang. Namun, seperti kata pepatah, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Pada akhirnya, semua akan indah.
Presiden IDN Global Kartini Sarsilaningsih mengatakan Hari Ibu merupakan wujud kesadaran perempuan Indonesia, secara global dan integral, untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Itu terlihat pada hasil Kongres Perempuan Indonesia bahwa peran wanita, baik sebagai ibu, istri, pegawai, profesional, maupun warga negara, merupakan elemen penting kemajuan bangsa. Dari situlah muncul kesepakatan bahwa perempuan Indonesia merupakan ibu bangsa. (ES)