Bahasa Indonesia Jati Diri Diaspora Indonesia
25 Oktober 2022
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-9 IDN Global sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda, IDN Global menggelar webinar seri pertama bertajuk “ Bahasa Indonesia Jati Diri Diaspora Indonesia” yang diselenggarakan pada hari Sabtu (22/10) secara daring. Webinar ini menghadirkan sejumlah pembicara dari IDN Chapter IDN Global yakni IDN Oman Haposan Situmorang, IDN Australia Anton Alimin, IDN Thailand Deeana Kasa, IDN Qatar Farida Idawati dan Ketua APPBIPA Pusat Dr. Liliana Muliastuti.
Haposan mengatakan selain Bahasa Indonesia, keluarganya juga menerapkan pembelajaran Bahasa Batak. Menurutnya bahasa memiliki keterkaitan erat dengan jati diri seseorang terutama saat tinggal di luar negeri.
Diaspora Indonesia di Thailand sekaligus anak dari perkawinan campur Indonesia-Thailand Deeana Kasa mengatakan dirinya sangat termotivasi untuk belajar Bahasa Indonesia karena merasa sedih tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa tersebut saat bertemu orang Indonesia. Saat menempuh pendidikan S2, Deeana kemudian direkomendasikan untuk belajar Bahasa Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia. Karena memiliki motivasi yang kuat, Deeana mampu berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dengan lancar hanya dalam waktu 1 tahun.
Berbeda halnya dengan Anton Alimin, di awal tinggal di Australia ia mengaku berbaur dengan masyarakat lokal sehingga lebih terbiasa berkomunikasi dengan Bahasa Inggris. Namun selang 16 tahun kemudian, muncul satu kerinduan dalam dirinya untuk mengekspresikan sesuatu dengan Bahasa Indonesia. Dari sinilah ia kemudian mendirikan Kelompok Jembatan Poetry Society di Australia.
Dr. Liliana mengatakan ada 3 teori mengenai pembelajaran bahasa. Yakni Behaviorisme (melalui hasil imitasi dan pembentukan kebiasaan), Innatisme (fungsi biologis anak yang telah terprogram untuk mempelajari bahasa baru), dan Koneksionisme atau peran lingkungan yang lebih signifikan dalam mempelajari bahasa baru.
Beliau menyimpulkan dari ketiga teori tersebut maka dapat dikatakan bahwa berbahasa itu terbentuk karena ada kebiasaan meski tiap anak sudah memiliki bawaan perangkat pemeroleh bahasa. Dan dalam upaya memaksimalkan perangkat bawaan ini dibutuhkan lingkungan yang mendukung implementasi bahasa tersebut.
“Usia terbaik belajar bahasa adalah pada periode kritis (critical period hypothesis). Yakni di usia 2-12 tahun atau memasuki masa pubertas,” tutur Dr. Liliana.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia, ada sejumlah keuntungan yang bisa didapatkan di antaranya memiliki jati diri sebagai bagian dari warga Indonesia, meningkatkan kepercayaan diri berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia, berpeluang untuk karir dan dapat mengajarkan Bahasa Indonesia kepada warga negara lokal tempat mereka tinggal di luar negeri. (IDN Global)